Do you think that my writing on this blog is a part of the desire to-be-praised?
Menurut Adam Smith dalam bukunya The Theory of Moral Sentiments(1790), manusia lebih senang pujian daripada kritikan. Hmm. Aku sebagai manusia biasa, setuju dengan statement tersebut. mungkin setuju banget. Fenomena sosial media dan gaya hidup penggunanya sebagai contoh. Di mana apa yang kita lihat melalui layar ponsel itu berbanding jauh dari apa yang nyata kita tahu.

Lagi, mungkin sebagian orang akan teriak keras ketika baca statement di atas. 'Hargai ajalah berarti mereka emang kreatif, niat, mau berusaha agar terlihat praise-worthy', dan sebagainya. kemudian keras-keras kampanye no body shaming, no judging, no critizing, thats their life not yours (yang aku yakin masih terselip standar ganda di penerapannya), terus kita jadi overpraise yang mestinya dibenerin malah dipuja-puji. Baik, tidak salah memuji, semua orang suka termasuk aku. Ingat juga yang berlebihan tidak pernah baik. Puji seperlunya, kritik untuk saling membangun apa salahnya? mungkin kita gak sadar dengan kebanyakan memberi pujian bisa membuat orang nyebelin merajalela.

Pernah terbesit gak kalau kita sendirilah si orang nyebelin ini? Aku sih yes. Aku sering ingin terlihat layak dipuji, setiap tugas yang diamanahkan padaku se-optimal mungkin aku selesaikan, merasa jumawa dengan hasilnya, dan merasa mencari kesalahan orang lain tuh semudah mencari jerapah diantara gajah-gajah. In the other side, aku merasa payah banget karena 'mereka' juga semudah itu mencari kesalahanku. Ini lingkaran syaiton sesungguhnya. proyek yang aku bangun dengan keringat, darah, dan air mata bisa sebegitu gak berharganya di mata mereka karena setitik celah. Kalau sudah begitu,  benar-benar merasa seperti desir pasir di padang tandus, segersang pemikiran hati. Bingung aku mencari secercah cahaya  untuk kembali bangkit dan keluar dari kegelapan.

Tapi, inilah sifat manusia. pada akhirnya kita hanya perlu penerimaan, legowo, dan kerendahan hati agar tidak menjadi si-orang nyebelin di circle kita sendiri. Legowo kalau kita hanyalah manusia jauh dari sempurna. Bersyukur pada si-pencari-celah karena mendewasakan kita, memberikan kekuatan, membantu melihat betapa kuatnya kita karena kita buatan Allah bukan buatan Ch*na. Wks.

Sekarang, keinginan untuk dipuji(be praised) ini bisa gak sih diwujudkan dengan diri kita yang emang layak dipuji(praise-worthy) gak kaleng-kaleng gitu? Supaya apa yang muncul di beranda sosial media temen-temen kita tuh emang beneran apa adanya kita. Bisa dong bisa banget! Semoga kita selalu diberi kesempatan dan dipertemukan dengan lingkungan yang bisa membuat kita menjadi manusia yang praise-worthy tanpa perlu ada keinginan untuk dipuji. aamiiin!

Maka, inginku bukan untuk berhenti saling memuji, tapi mari saling menghargai. Menghargai >>>>> memuji. Mari menjadi manusia yang memanusiakan manusia dengan cara elegan, cerdas, dan bersahaja! yes yes yes!